Monday, June 6, 2011

Marriage By Arrangement (3)

James menjalani aktifitas seperti biasa. Pagi-pagi dia ke klinik pribadinya, sebelum akhirnya berangkat ke rumah sakit. Asistennya telah menunggu. Seorang lelaki pendiam dan sederhana, jauh lebih muda dari dirinya. Mereka telah bekerja sama selama beberapa tahun dan telah menjadi teman baik. James adalah ayah baptis bagi putra pertama Arthur yang juga bernama James. James membaca dengan tenang daftar pasiennya hari ini. Dia memang masih harus melakukan beberapa operasi yang tidak bisa diserahkan kepada asisten.

“Ini rumah sakit yang cukup besar, Prof, namun mengingat tingkat urgenitas Anda, pihak manajemen telah menuruti permintaan Anda untuk tenaga tambahan dalam tim,” kata Arthur.

“Bagaimana dengan Taylor?”

“Oh, Taylor telah bekerja sangat baik. Saya berbicara tentang orang keempat dalam tim kita. Seorang gadis, baru bergabung minggu kemarin dan sangat menantikan kedatangan Anda. Dia pernah mengikuti beberapa kuliah Anda. Namanya Maureen Soames, terlihat cukup bagus dan bersemangat.”

Mereka pergi bersama ke ruang perawat. Di sana telah menunggu para perawat, Taylor, dan di sebelahnya telah berdiri anggota baru tim. Dia gadis dengan perawakan mungil berkulit gelap, dengan rambut pendek dan keriting trendy serta mata gelap yang mempertajam daya tarik wajahnya yang cantik mempesona. Dia sangat langsing dan senyumnya indah saat menjabat tangan James.

James berfikir Maureeen Soames tampak terlalu muda. Tapi gadis itu terlihat seperti gadis yang sangat modern. Dia terlihat rapuh, mungkin memang sengaja menonjolkan kerapuhannya sebagai daya tarik. Tak bisa dipungkiri bahwa lelaki sangat tertarik menjadi pelindung bagi gadis-gadis yang rapuh, tentunya bila gadis itu semenarik Maureen. Sangat berbeda dengan Caro-ku, pikir James. James pun menyambut ramah Maureen berharap dia akan bisa bekerja sama dengan baik dalam tim, sebelum berlalu dengan perawat.

Sebetulnya James sangat ingin mengunjungi instalasi gawat darurat karena tahu Caro sedang bertugas. Namun jiwa professionalisme melarangnya untuk mendahulukan kepentingan pribadi. Sejak semalam pikirannya sering kembali pada Caro. Gadis itu benar-benar di luar dugaannya semula. Ketika dia memutuskan untuk menawarkan pernikahan pada Caro, dia sudah mempertimbangkan masak-masak. Hasil pengamatannya setelah beberapa waktu menyimpulkan bahwa Caro gadis yang sangat tenang. Dia tak pernah ingin menonjolkan diri. Dia juga bukan type gadis yang terkenal dengan petualangan cinta yang heboh. Sangat cerdas, menurut beberapa koleganya. Dia sendiri hanya sempat beberapa kali terlibat satu tim dengan Caro sebelum akhirnya Caro bergabung di ruang gawat darurat. Kepribadian Caro akan sangat cocok baginya. James merasa dirinya sudah terlalu tua untuk jatuh cinta maupun menjalani kehidupan cinta yang panas membara. Caro , sebagai gadis yang sangat logis pasti akan memahami itu. Caro juga bukan type perempuan penuntut, seperti beberapa teman perempuannya, yang setiap malam selalu ribut ingin ditemani menghadiri pesta atau makan malam di restoran terkenal. James sangat menikmati pekerjaan dan kesibukannya yang padat. Caro dengan sifatnya yang tenang dan kesederhanaannya diyakini James tidak akan mengalihkannya dari kesibukan pekerjaan yang dicintainya. Lagipula di antara mereka berdua tidak akan ada perasaan istimewa, mereka pasti akan berteman sangat baik, sebagai kolega yang sejajar, saling menghormati karir masing-masing, dan pastinya tidak akan ada privasi yang terusik. Apalagi pembawaan Caro yang elegan pasti juga akan sangat cocok bagi keluarganya, terutama bagi ayah ibunya.

Namun pertemuannya dengan Caro kemarin seolah menjungkir-balikkan keyakinannya selama ini. Di tempat kerja Caro menampilkan sosok yang serius dan professional, dingin dan tak terjangkau. Namun setelah sehari menghabiskan waktu berdua, Caro menampilkan sosoknya yang lain. Kritis, berlidah tajam, dengan gaya bicara terus terang dan rileks. Dan James sangat menikmati kebersamaan mereka. Membayangkan pulang ke rumah dan menghabiskan waktu berdua dengan Caro yang seperti itu pasti tidak akan pernah membosankan.

Berbeda dengan Maureen yang cantik dan tahu sekali cara memanfaatkan kecantikannya, wajah Caro yang lembut dan halus terlihat tidak akan menonjol. Namun Caro memiliki sepasang mata hijau yang sangat indah dengan alis melengkung asli asli serta bentuk bibir yang seksi. Rambutnya yang kemerahan selalu ditata secara konvensional gaya gelungan Prancis. Namun kemarin James melihat bagaimana rambut Caro yang tergerai indah sepunggung berkibar tertiup angin, dan belum-belum James sudah ingin membenamkan wajahnya dalam helai-helai lembut kemerahan itu serta menikmati wanginya.

Klinik berlangsung lebih lama dari biasanya. James melangkah meninggalkan ruangannya dengan tidak sabar ketika Maureen muncul di pintu.

“Maaf, Prof, saya harap Anda bisa menyempatkan waktu sesaat. Nyonya Wiseman, seperti Anda tahu, adalah pasien lama dan telah merespon pengobatan dengan sangat baik. Tapi saya tak yakin saya memahami beberapa treatment yang Anda berikan...”

James menatap gadis itu. “Kau membawa catatan medisnya?”

Gadis itu menggelengkan kepala cantikya.

James mengerutkan kening. “Tidak? Temui saya kalau sudah mempelajari catatan medisnya. Maaf, saya tergesa-gesa,” pamitnya dan buru-buru melangkah keluar.

Maureen mengamati professor tampan itu. Bukannya melangkah ke kiri menuju pintu depan, dia malah berbelok ke kanan. Memenuhi rasa ingin tahu, gadis itu mengikutinya dari jarak aman.

James melangkahkan kakinya yang lebar menyusuri lorong menuju unit gawat darurat. Sebelum pergi dia sudah menelpon ke sana, dan diberitahu bahwa Caro akan selesai dinas lima menit lagi. Dan tepat seperti dugaannya, gadis itu sedang berbincang dengan beberapa dokter muda di depan pintu, dan sudah pula mengenakan mantelnya.

Melihat kedatangannya, gadis itu segera meminta diri kepada rekan-rekannya dan berjalan mendekatinya.

“Anda cukup mengirim pesan di ponsel Prof, bila ingin bertemu. Tak perlu menelepon petugas dan membuat mereka menduga yang tidak-tidak,” sambut Caro dengan mata berapi-api.

“Selamat sore, Caro. Benar-benar sambutan yang bersemangat,” jawab James sambil tersenyum. “Makan malam bersamaku malam ini, aku jemput pukul tujuh, kuharap tidak terlalu cepat.”

Caro membelalakkan mata. Dia cukup menyadari bahwa James adalah jenis pria yang selalu mendapatkan semua keinginannya. Namun yang dia tidak tahu adalah James bisa begitu ngotot. Namun karena tak ingin menarik perhatian, Caro pun mengiyakan. “Jam tujuh kalau begitu.”

James menggandeng lengan Caro melangkah menuju tempat parkir, mengantar gadis itu menuju mobil mini hybridnya yang berwarna lemon, meminta kuncinya, membuka pintu dan membimbing Caro memasuki mobil. Sebelum menutup pintu, James menciumnya dengan kuat, di bibir. Gadis itu membelalak dan mulutnya menganga.

“Tutup mulutmu, sayang, dan pulanglah. Kujemput pukul tujuh, oke?” katanya dengan binar-binar tawa menghiasi mata abu-abunya.

Caro merasa dirinya sangat konyol dan buru-buru berlalu.

Keduanya sama sekali tak menyadari sepasang mata gelap yang mengawasi dari kejauhan.

***

Caro memilih pakaian dengan seksama. Dia tak ingin nampak menonjol, namun juga tak mau terlihat asal-asalan. Maka pilihannya jatuh pada gaun sutra tanpa lengan warna hitam yang membungkus tubuhnya dengan elegan dan panjang tepat di atas lutut dan potongan dada yang sopan. Mantelnya yang sekarang masih tersampir di sofa, meski dia beli tahun lalu namun masih cukup bagus dan fashionable. Secara keseluruhan dia tak nampak mengecewakan dengan rambut digelung menggunakan sirkam berhias permata yang nampak mahal. Untuk riasan dia selalu memilih warna natural dan sedikit lebih mencolok untuk mengimbangi malam musim gugur yang dingin. Setelah menambahkan sepatu dengan hak yang tingginya cukup nyaman dan tas tangan yang sesuai, dia menunggu di ruang duduk. Memang tidak seperti gadis kebanyakan, Caro selalu tepat waktu. Pengalaman berkencannya sedikit sekali. Dan dari yang sedikit itu tak sekalipun dia terlambat.

Ternyata James datang sepuluh menit lebih cepat dari janjinya. Tubuhnya yang tinggi menjulang memenuhi pintu. Penampilannya tak tercela dalam setelan resmi warna gelap, membuat Caro merasa begitu sederhana. Di tangannya dia membawa serangkaian bunga yang merupakan kombinasi tulip, hyacinth, dan daffodil. Senyum lebar menghiasi wajah tampan aristokratnya. “Tepat seperti yang kuharapkan,” katanya sambil mengamati Caro.

Caro hanya tersenyum. “Bunganya indah sekali, terima kasih, ” komentarnya tanpa menatap mata James gamati gerak geriknya dengan seksama. Kemudian dia menyibukkan diri dengan menata bunga-bunga tersebut ke dalam vas.

“Aku sudah siap, kita berangkat sekarang.”

“Tunggu sebentar,” sebelum Caro sempat meraih tas tangan dan mantel, pria itu telah meraih Caro, dan menciumnya. Sentuhan bibir James lembut, namun tekanannya kuat. Bagi bibir Caro yang belum banyak berpengalaman, bibir James terasa manis seperti madu. Caro tertegun karena tiba-tiba saja tubuhnya bereaksi terhadap ciuman James. Sesuatu menghangat dalam dirinya. Tanpa menyadari apa yang diperbuatnya, bibir lembut dan lugunya menyambut dan membalas ciuman James. James yang menyadari reaksi Caro, memperdalam ciumannya. Sesaat mereka tenggelam dalam suasana intim yang tercipta secara tak terduga itu. Hingga akhirnya James tersadar dan melepaskan bibirnya.

“Terlalu cepat untukmu, manis. Dan aku khawatir kau belum siap mengantisipasi kemungkinan yang mungkin terjadi berikutnya,” katanya sambil menyeringai. “Paling tidak kau sudah tahu betapa cocoknya kita berdua sebagai pasangan.”

Caro membelalakkan matanya dengan sebal. “Belum-belum kau sudah merusak suasana,” gerutunya sambil kembali ke kamar untuk membetulkan riasannya, yang disambut dengan semburan tawa James. Saat dia keluar lagi James telah menunggunya dan membantunya mengenakan mantelnya. Sebelum keluar, lelaki itu menyempatkan diri menciumnya sekali lagi. Kali ini di zona aman, pipi.

Restoran yang dipilih James sejenis restoran yang sangat mahal. Mereka menuju bar sambil menunggu meja mereka siap. Caro menyesap sherry sementara James memilih claret untuk dirinya sendiri. Seorang waiter segera mengantar mereka ke meja yang berada di ujung ruangan, tempat strategis bagi para pasangan. Di luar dugaan, Caro sangat menikmatinya. Makanannya lezat dan James seorang teman yang menyenangkan. Mereka berbincang tentang banyak hal. Hingga akhirnya, di antara makanan penutup dan kopi, James mengarahkan pembicaraan pada topik yang sangat penting buat mereka, pernikahan.

“Aku sangat serius tentang pernikahan kita, Caro. Dan aku tak akan berhenti mengganggumu sebelum kau berkata iya.”

Caro menatap lawan bicaranya dengan seksama. Menyadari siapa yang dihadapinya Caro tahu bahwa dia tidak akan bisa menolak. Yang bisa dilakukannya hanyalah menerima dengan mengajukan syarat serumit mungkin, yang akan membuat James berfikir dua kali.

“Apakah kau tidak sedang jatuh cinta dengan orang lain, James?”

“Tidak, kenapa?”

“Kau harus yakin bahwa kau tidak sedang jatuh cinta atau terlibat hubungan dengan orang lain. Karena akan sangat konyol bila kau menikah denganku tetapi menjalin hubungan dengan orang lain. Bila kita menikah, aku tak mau ada affair apapun, baik kau ataupun aku. Bila salah satu dari kita melakukannya, maka pernikahan bubar.”

“Hanya itukah syarat darimu?”

Caro membelalakkan mata. “Eh?”

“Manis, kalau hanya itu syaratmu, aku akan segera mengatur pernikahan kita secepat aku mendapatkan lisensi khusus. Percayalah sayang, aku sedang tidak terlibat dengan siapapun, karena satu-satunya gadis secara serius aku dekati selama seminggu terakhir ini hanyalah kau.”

Caro tiba-tiba menyesali keputusannya.

Setelah membicarakan semua detail finansial dan hal-hal lain, keduanya setuju menikah dalam waktu dua minggu lagi. Dan untuk menghindari gossip keduanya sepakat untuk sementara menyembunyikan dulu pertunangan ini hingga hari pernikahan tiba. Baik James maupun Caro sepakat untuk mengadakan upacara pernikahan yang sederhana di gereja. Sedangkan untuk teman kerja mereka akan mengadakan jamuan makan di hotel setelah upacara.

“Dan karena waktu kita singkat, kita harus meluangkan waktu untuk berbelanja. Besok sudah bisa dimulai.”

“Belanja?” Caro masih belum mengerti.

“Cincin, gaun, juga perabot untuk kamar tidur kita, sayang. Tentunya kita tidak akan menempati kamar bujanganku kan?”

“Kamar tidur? Bukankah hubungan kita platonik?”

“Sayang, sepertinya kita tak akan bisa berhubungan secara platonik. Dengan responmu terhadap ciumanku, maka kita berdua punya hak seluas-luasnya untuk menikmati hubungan fisik antara kita. Dan aku jamin kau tak akan menyesal.”

Wajah Caro memerah seperti udang rebus, sementara James terkekeh pelan.

Setelah makan malam, untuk merayakan pertunangan mereka, James membawa Caro ke sebuah club untuk berdansa. Lelaki itu tahu sekali cara menyenangkan perempuan, selain dia juga penari yang hebat. Dalam pelukannya Caro seperti meleleh, bergoyang menikmati musik. Sayang mereka harus kembali sebelum tengah malam karena pagi-pagi keduanya harus kembali berdinas.

“Rasanya aku akan sangat menikmati membawamu keluar setiap malam, Caro,” bisik James.

Caro, dengan mata mengantuk dan rileks hanya tersenyum, membuat James gemas dan mengecup lembut kepalanya.

Sesampainya di apartemen Caro, James hanya singgah sebentar. Namun ciumannya akan dibawa Caro dalam mimpinya sepanjang malam itu. Caro bergetar dalam pelukan James, membalas sentuhan ahli bibir James di atas bibirnya. Matanya terpejam, dan tanpa sadar dia mendesah pelan. Mambuat James mengerang sebelum melepaskan bibirnya dengan enggan. “Kita akan melakukannya dengan benar setelah menikah, sayang. Rasanya untuk malam ini telah cukup kita bermain-main. Atau aku tidak akan sanggup meninggalkanmu sekarang. Terimakasih, malam ini menyenangkan sekali, selamat malam.”

Kehangatannya masih membekas bahkan setelah dia telah cukup lama menghilang dari balik pintu.

***

Di antara segala kesibukan yang mengikuti karier mereka, keduanya mencuri-curi waktu untuk berbelanja. Acara berburu perabot terus terang sangat mengasyikkan. James cenderung sangat pemilih, mau menang sendiri, dan keras kepala yang suka memaksakan kehendak, sementara Caro juga bukan jenis gadis yang mudah menyerah. Tetapi keduanya justru sangat menikmati pertengkaran-pertengkaran kecil itu, yang biasanya berakhir dengan James yang merayu habis-habisan agar Caro bersedia menerima pendapatnya, atau Caro yang dengan dingin memveto, memilih sesuai seleranya atau tidak sama sekali. Terhadap kekukuhan Caro, James hanya akan mengacak rambut Caro dengan gemas untuk kemudian selayaknya calon suami yang baik, menyerah pada keputusan calon istrinya.

Namun untuk urusan cincin James tidak terbantahkan. Dia memaksa Caro memiliki sebuah cincin tunangan, meski bagi Caro itu sangat sia-sia mengingat masa pertunangan mereka sangat singkat.

“Kau harus mendapatkan sesuatu yang selayaknya didapat setiap calon mempelai,” katanya keras kepala.

Andai dia juga mencintaiku dengan layak, pikir Caro, pikiran konyol yang segera ditepisnya jauh-jauh.

Caro yang terbenam dalam kesibukan persiapan pernikahannya, baru mendengar gossip tentang pendatang baru di bagian bedah, Maureen Soames, sore itu Suster Mac. Fergus membicarakannya.

“Sangat cantik dan sexy. Namun seleranya, menurut kabar, sangat tinggi. Dengar-dengar dia sedang mengincar Professor Willis. Tangkapan yang luar biasa besar,” katanya yang disambut riuh oleh rekan-rekan sejawatnya.

Caro, di belakang mejanya, diam-diam menutupi jarinya yang berhias cincin permata yang mahal yang semalam diselipkan oleh James di antar ciuman-ciuman panas mereka di sofa ruang duduk rumah James yang mewah.

7 comments:

  1. aawwww...........tambaaaaaaahhh...kak ollyyy.......
    ssuuukkkaaaaaaaaaaaa....^^

    ReplyDelete
  2. waaaaaaaaa tambaaaahhhhhhhhh, iri sama Caro nih =_=, next apdeeet gpl, lanjuuuuuuuuutttttttt

    -fagustina-

    ReplyDelete
  3. Kurang banyak,,,,, lanjutannya jgn lama2 ya..... gak sabar.com

    ReplyDelete
  4. lanjut dong, ceritanya baguuuuuuusssss jgn lama2 ya,,,,,,,,

    ReplyDelete
  5. olly, mana lanjutannya gak sabar nih...... cerita nya baguuuuus loh, like it....

    ReplyDelete
  6. 1,2,3,4,5,6,7....... (menghitung dah berapa kali bolak-balik nengokin dah ada lanjutannya pa belum) hiks.....ternyata belum ada..... huhuhuhuhu aku mau baca lanjutannya..... olly please dah penasaran niy......

    ReplyDelete